Pada
ahad pagi yang tenang saat itu, sekelompok mahasiswa berkumpul di
salah satu kantor wisata bernama Barokah Wisata milik salah satu
jama’ah Al Khidmah Kampus Yogyakarta, yaitu Kak Rizal yang
sebelumnya menuntut Ilmu di Universitas Islam Indonesia. Hari itu
adalah momen puncak pergantian kepemimpinan Al Khidmah Kampus
Yogyakarta untuk ketiga kalinya.
Pada
hari itu, di kantor Barokah Wisata masih tampak lengang. Hanya ada
satu atau dua orang yang memang karyawan dari Barokah wisata yaitu
Muhammad Helmi Na’im (siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta) dan kak
Rizal. Kemudian beberapa saat kemudian hadirlah Umar Faruq (mahasiswa
semester 5 UIN Sunan Kalijaga) yang notabene terkenal dengan prinsip
tepat waktunya. Lalu hadirlah saya, yang disusul oleh Zulfa Zilmi
Jaziroh (mahasiswa semester 7 UGM jogja), dan juga Nanda Kurniawan
(mahasiswa semester 7 UGM jogja. Dua orang tersebut dengan saya
merupakan pengurus resmi Al Khidmah Kampus UG, dimana zulfa sebagai
sekretaris dan nanda sebagai bendahara.
Setelah
itu datanglah berbondong-bondong rombongan dari Al Khidmah Kampus UIN
yang terkenal dengan banyak orang yang menjadi pengurus disana yang
disebabkan kultur di kampus UIN yang mudah menerima organisasi
berhaluan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, tidak seperti kampus UGM.
Tepat
pukul 08.00 WIB, sembari menunggu peserta Rapat Kerja Daerah
(RAKERDA) ke – III acara dimuli dengan pembacaan iklil (istighosah,
yasin, dan tahlil) yang dipimpin oleh umar faruq lalu dilanjutkan
dengan pembacaan maulid nabi yang dipimpin oleh Muhammad Helmi Naim.
Namun sayang, Helmi dan kak Rizal tidak bisa mengikuti acara tersebut
dikarenakan mereka akan menghadiri manaqib rutin ahad kliwon di
Pondok Pesantren milik K.H Sirodjan di daerah kulon progo
Sementara
itu acara tetap berlanjut, diawali dengan laporan pertanggung jawaban
dari pengurus sebelumnya yang langsung dipimpin oleh Musyafa’
(mahasiswa semester 5 UIN Sunan Kalijaga). Pengurus beliau yang
nampak hadir diantaranya adalah Khoirul Minan dan Mir’atul Azizah.
Namun laporan tersebut dibacakan semua oleh Musyafa’. Saya sendiri
merasa miris melihat laporan tersebut. Meskipun saya juga menghargai
proses, akan tetapi jika hanya proses tanpa mementingkan hasil apalah
gunanya. Diantara program kerja yang telah tercapai hanya sebatas
kegiatan – kegiatan amaliah rutin saja, selebihnya kegiatan seperti
membangun kreativitas, meningkatkan intelektualitas dirasa masih
kurang. Insya allah di kepengurusan selanjutnya insya allah saya akan
memperbaikinya dan menambah beberapa kegiatan yang mengasah otak,
kreativitas, dan lainnya.
Laporan
pertanggung jawaban telah usai. Acara dilanjutkan dengan pemilihan
calon ketua Al Khidmah Kampus Yogyakarta. Dari peserta yang hadir
mengajukan beberapa nama dan setelah dikerucutkan maka muncul tiga
nama, yaitu Khoirul Minan, Umar Faruq, dan terakhir adalah saya.
Awalnya saya kaget, karena dibandingkan dengan dua calon lainnya saya
hanyalah anggota yang baru bergabung dan sebelumnya saya telah gagal
mengembangkan Al Khidmah Kampus di kampus UGM. Saya pun berpikir,
mungkin ini jalan saya untuk menebus kesalahan yang telah lalu
melalui amanah yang lebih berat lagi ini.
Saatnya
pemaparan visi dan misi, karena saya belum siap akhirnya saya hanya
bisa memberikan satu kalimat yaitu saya akan menjemput siapapun
anggota Al Khidmah Kampus yang ingin menghadiri acara – acara Al
Khidmah maupun Al Khidmah Kampus. Setelah pemaparan tersebut usai,
maka ketiga calon dipersilakan untuk keluar. Sembari menunggu
musyawarah mufakat untuk menentukan ketua Al Khidmah Kampus
Yogyakarta, saya mencoba bicara kepada kedua calon lainnya yang kelak
nantinya mereka berdua akan menjadi partner saya di kepengurusan jika
memang tuhan berkehendak kepada saya untuk mengemban amanah ini.
Hampir setengah jam,
saya menunggu musyawarah tersebut. Saya memperkirakan bahwa
musyawarah sedang berjalan alot karena menurut cerita seseorang yang
keluar dari ruangan bahwa saya dan calon yang bernama umar faruq
sedang diperbandingkan. Mungkin saya tak pantas dibandingkan dengan
beliau, karena beberapa kali saya melihat beliau sangat aktif kesana
kemari untuk memperkenalkan Al Khidmah Kampus di sekitar kampus
Yogyakarta hingga keluar yogyakarta. Sedangkan saya? Saya hanya
mahasiswa yang termasuk pecinta majelis Al Khidmah yang hanya bisa
mengeluh sulitnya memperkenalkan Al Khidmah Kampus di UGM
Singkat cerita, para
hadirin Rapat Kerja Daerah memutuskan saya, IZZUL ABID, sebagai ketua
Al Khidmah Kampus masa bakti 2013-2014. Alasan yang saya ketahui
bahwa saya dianggap mampu mengembangkan Al Khidmah Kampus Yogyakarta
dari segi organisasinya karena memang semua tahu saya mengikuti
beberapa organisasi keagamaan di UGM seperti PMII dan KMNU UGM.
Setelah itu, dilanjutkan musyawarah antara saya sebagai ketua baru,
musyafa sebagai ketua demisioner, Misbakhul Huda pembina Al Khidmah
Kampus periode sebelumnya dan dua orang lagi yaitu M. Amir Yusuf
serta Baihaqi Lathif. Setelah musyawarah dengan mereka, maka susunan
kepengurusan saya adalah sebagai berikut :
Pembina :
Musyafa’
Ketua
Umum : Izzul Abid (UGM)
Sekretaris :
Fyna Maziyyah (UIN)
Bendahara :
Novi M. Ni’mah (UGM)
Ketua
I (Bidang Majelis) : Abdullah Wasik (UIN)
Anggota :
Bachtiar Ari Faizal (UIN)
Ketua
II (Bidang Wirausaha) : Khoirul Minan (UIN)
Keputrian :
Arum Pangesti (UIN)
Ketua
III (Bidang Humas) : Umar Faruq (UIN)
Kominfo :
M. Zaki Fadly (UII)
Desain
& Publikasi : Mazdan (UII)
Di
awal kepengurusan, semua orang diatas masih terlihat aktif membantu
saya mengembangkan Al Khidmah Kampus di Yogyakarta ini. Hingga
beberapa bulan kemudian satu persatu mulai tak terlihat dan akan
terlihat setelah saya menemuinya dan ngobrol santai dengannya.
Setelah saya ngobrol santai dengan beberapa pengurus Al Khidmah
Kampus Yogyakarta dan juga dari beberapa pengurus Al Khidmah Kampus
UIN saya menyimpulkan bahwa mereka semua terlihat jenuh dengan agenda
monoton di organisasi ini, yaitu majelis dzikir.
Beberapa
dari mereka ada yang sudah aktif di organisasi lain yang agendanya
juga sama yakni majelis dzikir yang mungkin berbeda dengan Al Khidmah
kampus. Mereka butuh angin segar, butuh ide – ide cemerlang untuk
mengusir kebosanan mereka. Ketika saya ingin menyemangati mereka,
maka datanglah seseorang yang tak disangka. Beliau salah satu sesepuh
di Al Khidmah Kampus Yogyakarta. Ketika beliau ada, maka semua
anggota Al Khidmah kampus yogyakarta maupun Al Khidmah Kampus UIN
hingga kampus UII akan kembali aktif, seakan mereka berlomba –
lomba menunjukkan bahwa mereka yang paling aktif diantara yang lain.
Hal
ini kemudian berlanjut pada kebijakan organisasi yang akan saya dan
teman –teman pengurus bangun. Semua rencana kebijakan tersebut
hilang tak berbekas, karena semua mata tertuju pada beliau termasuk
saya. Kegiatan baru diluar rencana program kerja saya adalah majelis
dzikir di sebuah masjid yang salah satu anggota Al Khidmah Kampus
Yogyakarta pernah menjadi takmir di tempat tersebut, maka
terselenggaralah kegiatan itu dengan mulus menurut saya. Hal itu
berlanjut dengan kegiatan majelis rutin tiap bulan di kampus UIN.
Alhamdulillah berjalan lancar, meski masih ada beberapa kekurangan.
Ketika semua pengurus menggantungkan berjalannya roda organisasi Al
Khidmah Kampus kepada beliau ini, suatu saat beliau tiba-tiba
menghilang tanpa jejak dengan pesan bahwa beliau ingin fokus dengan
tugasnya yang belum terselesaikan, sehingga kembalilah semua seperti
era sebelumnya, pada ikut menghilang seiring waktu, hanya ada
beberapa yang bertahan dan masih sayang untuk Al khidmah kampus
dibiarkan begitu saja.
Puncak
kehilangan itu sangat terasa ketika agenda tahunan rutin berupa acara
pengkaderan dilaksanakan. Beberapa minggu sebelumnya sebelum beliau
menghilang, beliau telah menyusun konsep dengan matang bersama saya
dan teman –teman al khidmah kampus lainnya. Saat mendekati hari
pelaksanaan, sangat terasa bahwa figur beliau sangat berpengaruh.
Namun
alhamdulillah berkat beberapa mantan pengurus Al Khidmah Kampus
yogyakarta masih ada yang bersedia untuk turut membantu dan
menyemangati serta memotivasi teman-teman yang hampir hancur dan
batal melaksanakan agenda pengkaderan ini. Saya pribadi jadi
menyalahkan beliau yang hilang dengan pesan yang membuat saya cukup
menyakitkan. Bagaimana tidak, alasan beliau sama dengan alasana saya
dan juga teman-teman lainnya hingga akhirnya saya pun mengikuti jejak
beliau dengan beberapa hari tidak menampakkan batang hidung saya saat
dilaksanakan kumpul-kumpul membahas perkembangan kegiatan
pengkaderan.
Namun
akhirnya saya luluh juga dan mau hadir kembali namun masih tetap
dengan membawa sakit ini. Akan tetapi semua lega begitu saja ketika
beliau kembali hadir untuk mendukung dan menyemangati teman-teman
saya meskipun tidak maksimal. Saya pun kemudian memaafkan beliau
begitu saj entah karena saya pemaaf atau karena kharisma beliau yang
sangat mengagumkan menurut saya.
Tepat
hari ini, sabtu 29 oktober 2014 saya dan teman-teman pengurus Al
Khidmah Kampus Yogyakarta telah mendapatkan adik-adik baru yang lucu
dan imut, dan hal ini membuat saya pribadi menjadi semangat kembali
untuk mengambil puing-puing semangat dan motivasi yang sempat jatuh
dan berserakan. Setelah mendapatkan adik-adik baru ini, saya pribadi
berharap teman-teman pengurus Al Khidmah Kampus Yogyakarta dan Al
Khidmah kampus UIN juga merasakan hal yang sama dengan saya sehingga
ke depannya kita bisa bersama – sama mengembangkan Al Khidmah
Kampus di Yogyakarta serta bisa menginspirasi mahasiswa-mahasiswi di
kampus daerah lainnya sehingga dapaat terwujud cita-cita besar Al
Khidmah yaitu sebagai OASE DUNIA













