Selasa, 02 Desember 2014

KETIKA SECERCAH CAHAYA TAK KUNJUNG BERKILAU


Pada ahad pagi yang tenang saat itu, sekelompok mahasiswa berkumpul di salah satu kantor wisata bernama Barokah Wisata milik salah satu jama’ah Al Khidmah Kampus Yogyakarta, yaitu Kak Rizal yang sebelumnya menuntut Ilmu di Universitas Islam Indonesia. Hari itu adalah momen puncak pergantian kepemimpinan Al Khidmah Kampus Yogyakarta untuk ketiga kalinya.
Pada hari itu, di kantor Barokah Wisata masih tampak lengang. Hanya ada satu atau dua orang yang memang karyawan dari Barokah wisata yaitu Muhammad Helmi Na’im (siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta) dan kak Rizal. Kemudian beberapa saat kemudian hadirlah Umar Faruq (mahasiswa semester 5 UIN Sunan Kalijaga) yang notabene terkenal dengan prinsip tepat waktunya. Lalu hadirlah saya, yang disusul oleh Zulfa Zilmi Jaziroh (mahasiswa semester 7 UGM jogja), dan juga Nanda Kurniawan (mahasiswa semester 7 UGM jogja. Dua orang tersebut dengan saya merupakan pengurus resmi Al Khidmah Kampus UG, dimana zulfa sebagai sekretaris dan nanda sebagai bendahara.
Setelah itu datanglah berbondong-bondong rombongan dari Al Khidmah Kampus UIN yang terkenal dengan banyak orang yang menjadi pengurus disana yang disebabkan kultur di kampus UIN yang mudah menerima organisasi berhaluan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, tidak seperti kampus UGM.
Tepat pukul 08.00 WIB, sembari menunggu peserta Rapat Kerja Daerah (RAKERDA) ke – III acara dimuli dengan pembacaan iklil (istighosah, yasin, dan tahlil) yang dipimpin oleh umar faruq lalu dilanjutkan dengan pembacaan maulid nabi yang dipimpin oleh Muhammad Helmi Naim. Namun sayang, Helmi dan kak Rizal tidak bisa mengikuti acara tersebut dikarenakan mereka akan menghadiri manaqib rutin ahad kliwon di Pondok Pesantren milik K.H Sirodjan di daerah kulon progo
Sementara itu acara tetap berlanjut, diawali dengan laporan pertanggung jawaban dari pengurus sebelumnya yang langsung dipimpin oleh Musyafa’ (mahasiswa semester 5 UIN Sunan Kalijaga). Pengurus beliau yang nampak hadir diantaranya adalah Khoirul Minan dan Mir’atul Azizah. Namun laporan tersebut dibacakan semua oleh Musyafa’. Saya sendiri merasa miris melihat laporan tersebut. Meskipun saya juga menghargai proses, akan tetapi jika hanya proses tanpa mementingkan hasil apalah gunanya. Diantara program kerja yang telah tercapai hanya sebatas kegiatan – kegiatan amaliah rutin saja, selebihnya kegiatan seperti membangun kreativitas, meningkatkan intelektualitas dirasa masih kurang. Insya allah di kepengurusan selanjutnya insya allah saya akan memperbaikinya dan menambah beberapa kegiatan yang mengasah otak, kreativitas, dan lainnya.
Laporan pertanggung jawaban telah usai. Acara dilanjutkan dengan pemilihan calon ketua Al Khidmah Kampus Yogyakarta. Dari peserta yang hadir mengajukan beberapa nama dan setelah dikerucutkan maka muncul tiga nama, yaitu Khoirul Minan, Umar Faruq, dan terakhir adalah saya. Awalnya saya kaget, karena dibandingkan dengan dua calon lainnya saya hanyalah anggota yang baru bergabung dan sebelumnya saya telah gagal mengembangkan Al Khidmah Kampus di kampus UGM. Saya pun berpikir, mungkin ini jalan saya untuk menebus kesalahan yang telah lalu melalui amanah yang lebih berat lagi ini.
Saatnya pemaparan visi dan misi, karena saya belum siap akhirnya saya hanya bisa memberikan satu kalimat yaitu saya akan menjemput siapapun anggota Al Khidmah Kampus yang ingin menghadiri acara – acara Al Khidmah maupun Al Khidmah Kampus. Setelah pemaparan tersebut usai, maka ketiga calon dipersilakan untuk keluar. Sembari menunggu musyawarah mufakat untuk menentukan ketua Al Khidmah Kampus Yogyakarta, saya mencoba bicara kepada kedua calon lainnya yang kelak nantinya mereka berdua akan menjadi partner saya di kepengurusan jika memang tuhan berkehendak kepada saya untuk mengemban amanah ini.
Hampir setengah jam, saya menunggu musyawarah tersebut. Saya memperkirakan bahwa musyawarah sedang berjalan alot karena menurut cerita seseorang yang keluar dari ruangan bahwa saya dan calon yang bernama umar faruq sedang diperbandingkan. Mungkin saya tak pantas dibandingkan dengan beliau, karena beberapa kali saya melihat beliau sangat aktif kesana kemari untuk memperkenalkan Al Khidmah Kampus di sekitar kampus Yogyakarta hingga keluar yogyakarta. Sedangkan saya? Saya hanya mahasiswa yang termasuk pecinta majelis Al Khidmah yang hanya bisa mengeluh sulitnya memperkenalkan Al Khidmah Kampus di UGM
Singkat cerita, para hadirin Rapat Kerja Daerah memutuskan saya, IZZUL ABID, sebagai ketua Al Khidmah Kampus masa bakti 2013-2014. Alasan yang saya ketahui bahwa saya dianggap mampu mengembangkan Al Khidmah Kampus Yogyakarta dari segi organisasinya karena memang semua tahu saya mengikuti beberapa organisasi keagamaan di UGM seperti PMII dan KMNU UGM. Setelah itu, dilanjutkan musyawarah antara saya sebagai ketua baru, musyafa sebagai ketua demisioner, Misbakhul Huda pembina Al Khidmah Kampus periode sebelumnya dan dua orang lagi yaitu M. Amir Yusuf serta Baihaqi Lathif. Setelah musyawarah dengan mereka, maka susunan kepengurusan saya adalah sebagai berikut :
Pembina : Musyafa’
Ketua Umum : Izzul Abid (UGM)
Sekretaris : Fyna Maziyyah (UIN)
Bendahara : Novi M. Ni’mah (UGM)
Ketua I (Bidang Majelis) : Abdullah Wasik (UIN)
Anggota : Bachtiar Ari Faizal (UIN)
Ketua II (Bidang Wirausaha) : Khoirul Minan (UIN)
Keputrian : Arum Pangesti (UIN)
Ketua III (Bidang Humas) : Umar Faruq (UIN)
Kominfo : M. Zaki Fadly (UII)
Desain & Publikasi : Mazdan (UII)
Di awal kepengurusan, semua orang diatas masih terlihat aktif membantu saya mengembangkan Al Khidmah Kampus di Yogyakarta ini. Hingga beberapa bulan kemudian satu persatu mulai tak terlihat dan akan terlihat setelah saya menemuinya dan ngobrol santai dengannya. Setelah saya ngobrol santai dengan beberapa pengurus Al Khidmah Kampus Yogyakarta dan juga dari beberapa pengurus Al Khidmah Kampus UIN saya menyimpulkan bahwa mereka semua terlihat jenuh dengan agenda monoton di organisasi ini, yaitu majelis dzikir.
Beberapa dari mereka ada yang sudah aktif di organisasi lain yang agendanya juga sama yakni majelis dzikir yang mungkin berbeda dengan Al Khidmah kampus. Mereka butuh angin segar, butuh ide – ide cemerlang untuk mengusir kebosanan mereka. Ketika saya ingin menyemangati mereka, maka datanglah seseorang yang tak disangka. Beliau salah satu sesepuh di Al Khidmah Kampus Yogyakarta. Ketika beliau ada, maka semua anggota Al Khidmah kampus yogyakarta maupun Al Khidmah Kampus UIN hingga kampus UII akan kembali aktif, seakan mereka berlomba – lomba menunjukkan bahwa mereka yang paling aktif diantara yang lain.
Hal ini kemudian berlanjut pada kebijakan organisasi yang akan saya dan teman –teman pengurus bangun. Semua rencana kebijakan tersebut hilang tak berbekas, karena semua mata tertuju pada beliau termasuk saya. Kegiatan baru diluar rencana program kerja saya adalah majelis dzikir di sebuah masjid yang salah satu anggota Al Khidmah Kampus Yogyakarta pernah menjadi takmir di tempat tersebut, maka terselenggaralah kegiatan itu dengan mulus menurut saya. Hal itu berlanjut dengan kegiatan majelis rutin tiap bulan di kampus UIN. Alhamdulillah berjalan lancar, meski masih ada beberapa kekurangan. Ketika semua pengurus menggantungkan berjalannya roda organisasi Al Khidmah Kampus kepada beliau ini, suatu saat beliau tiba-tiba menghilang tanpa jejak dengan pesan bahwa beliau ingin fokus dengan tugasnya yang belum terselesaikan, sehingga kembalilah semua seperti era sebelumnya, pada ikut menghilang seiring waktu, hanya ada beberapa yang bertahan dan masih sayang untuk Al khidmah kampus dibiarkan begitu saja.
Puncak kehilangan itu sangat terasa ketika agenda tahunan rutin berupa acara pengkaderan dilaksanakan. Beberapa minggu sebelumnya sebelum beliau menghilang, beliau telah menyusun konsep dengan matang bersama saya dan teman –teman al khidmah kampus lainnya. Saat mendekati hari pelaksanaan, sangat terasa bahwa figur beliau sangat berpengaruh.
Namun alhamdulillah berkat beberapa mantan pengurus Al Khidmah Kampus yogyakarta masih ada yang bersedia untuk turut membantu dan menyemangati serta memotivasi teman-teman yang hampir hancur dan batal melaksanakan agenda pengkaderan ini. Saya pribadi jadi menyalahkan beliau yang hilang dengan pesan yang membuat saya cukup menyakitkan. Bagaimana tidak, alasan beliau sama dengan alasana saya dan juga teman-teman lainnya hingga akhirnya saya pun mengikuti jejak beliau dengan beberapa hari tidak menampakkan batang hidung saya saat dilaksanakan kumpul-kumpul membahas perkembangan kegiatan pengkaderan.
Namun akhirnya saya luluh juga dan mau hadir kembali namun masih tetap dengan membawa sakit ini. Akan tetapi semua lega begitu saja ketika beliau kembali hadir untuk mendukung dan menyemangati teman-teman saya meskipun tidak maksimal. Saya pun kemudian memaafkan beliau begitu saj entah karena saya pemaaf atau karena kharisma beliau yang sangat mengagumkan menurut saya.
Tepat hari ini, sabtu 29 oktober 2014 saya dan teman-teman pengurus Al Khidmah Kampus Yogyakarta telah mendapatkan adik-adik baru yang lucu dan imut, dan hal ini membuat saya pribadi menjadi semangat kembali untuk mengambil puing-puing semangat dan motivasi yang sempat jatuh dan berserakan. Setelah mendapatkan adik-adik baru ini, saya pribadi berharap teman-teman pengurus Al Khidmah Kampus Yogyakarta dan Al Khidmah kampus UIN juga merasakan hal yang sama dengan saya sehingga ke depannya kita bisa bersama – sama mengembangkan Al Khidmah Kampus di Yogyakarta serta bisa menginspirasi mahasiswa-mahasiswi di kampus daerah lainnya sehingga dapaat terwujud cita-cita besar Al Khidmah yaitu sebagai OASE DUNIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar