LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI
ANALISIS BUTANA

Oleh :
IZZUL ABID
10/302220/PA/13409
Jum’at, 14 Maret 2014
AUSTRIAN-INDONESIAN CENTRE FOR COMPUTATIONAL CHEMISTRY
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GAJAH MADA
2014
PERCOBAAN I
ANALISIS BUTANA
I.
Tujuan
Minimisasi energi konformasi butana dengan menggunakan medan gaya (Force
Field) MM+.
II.
Landasan Teori
Minimisasi energi merupakan cara mengubah geometri suatu molekul ke energi
yang lebih rendah dari suatu sistem untuk menghasilkan konformasi yang lebih
stabil. Saat minimisasi sedang berlangsung,
molekul yang dianalisis akan menjadi suatu konformasi dengan sedikit
perubahan energi.
Geometrioptimasibiasanyamencari local minimaldarienergi
potensial suatu molekuldanmemprediksistrukturkeseimbangandarisistemmolekular.Tapi,
optimasijugabisamencaristrukturtransisi. Minima dan saddle point
adalahturunanpertamadarienergiatausering yang disebutdengan gradient,
selalubernilai 0 karena gradient adalahnegatifdarigayadanpadatitikitugayabernilai
0. Titik di managayabernilai 0disebutdengan stationary point.
Semuaoptimasiberhasilbilamenemukansatustationary point,
meskihalinitidakselaluterjadi.
Mekanika
molekul merupakan sebuah metode empiris yang digunakan untuk menyatakan energi potensial
dari molekul sebagai fungsi dari variabel geometri. Dalam metode ini molekul
digambarkan sebagai kumpulan atom yang berinteraksi dengan yang lain dengan
fungsi analitik sederhana yang didasarkan pada mekanika klasik. Parameter yang
digunakan dalam perhitungan energi diturunkan dari database struktur yang
diperoleh secara eksperimen dan metode mekanika kuantum
Butana adalah senyawa
golongan alkana yang mempunyai empat atom karbon yang mengikat sepuluh atom
hidrogen. Senyawa ini mempunyai dua isomer, yaitu n-butana (CH3-CH2-CH2-CH3)
dan iso-butana [(CH3)3CH)]
III.
Hasil Dan Pembahasan
1. Hasil
|
Konformasi Butana
|
||||
|
Sudut dihedral
(o)
|
Energi
Single point
(kkal/mol)
|
Sudut dihedral
(o)
|
Energi teroptimasi
(kkal/mol)
|
Sudut dihedral
Teroptimasi
(kkal/mol)
|
|
0o
|
18.823595
|
0o
|
6.900258
|
-2.49606e-008 o
|
|
60o
|
8.332891
|
60o
|
3.034779
|
64.0418o
|
|
120o
|
8.729650
|
120o
|
3.034780
|
118.997o
|
|
180o
|
4.947651
|
180o
|
2.171932
|
180o
|
|
240o
|
8.729651
|
-120o
|
5.927792
|
-118.998o
|
|
300o
|
8.332972
|
-60o
|
3.034779
|
-64.0422o
|
2. Pembahasan
Energi
yang dihasilkan dengan single point mempunyai angka yang lebih besar daripada
energi yang dihasilkan saat dalam keadaan teroptimasi. Hal ini dikarenakan penghitungan
energi potensial suatu molekul dengan single point hanya menghitung struktur
yang telah diinput dan tentunya molekul yang digambar tersebut belum tentu
dalam keadaan energi terendah. Sedangkan saat molekul yang diinput tadi
dioptimasi, maka molekul yang diinput tersebut akan mencari keadaan dimana
energinya lebih rendah dan mencapai konformasi yang stabil.
Jika
ditinjau dari segi struktur, struktur dalam keadaan single point tentunya
sesuai dengan gambar yang diinput dan hal itu tidak memperdulikan
tolakan-tolakan yang terjadi antar atom hidrogen yang terikat ke atom karbon.
Tentunya akan berbeda signifikan dengan struktur dengan energi teroptimasi
dimana tolakan antar elektron yang ada pada atom hidrogen akan mempengaruhi
sehingga molekul butana akan mencari keadaan stabilnya dengan meminimisasi
terjadinya tolakan tersebut.
|
Sudut Dihedral (o)
|
Proyeksi Newman
|
Energi Teroptimasi
(kkal/mol)
|
Energi Eksp.
(kkal/mol)
|
|
0o
|
|
6.900258
|
4.6
|
|
60o
|
|
3.034779
|
0.9
|
|
120o
|
|
3.034780
|
3.8
|
|
180o
|
|
2.171932
|
0
|
|
240o
|
|
5.927792
|
3.8
|
|
300o
|
|
3.034779
|
0.9
|
Hasil
data energi teroptimasi dengan energi eksperimental semuanya berbeda
signifikan. Hampir semuanya konformasinya berbeda signifikan
![]() |
Berikut ini adalah gambar diagram grafik gabungan antara energi dengan single point dan energi teroptimasi :
![]() |
Sedangkan diagram grafik dibawah ini menggunakan data energi eksperimen :
Jika dilihat bentuk grafiknya maka dapat disimpulkan
bahwa bentuknya sama, yaitu naik turun. Akan tetapi grafik untuk energi
teroptimasi, energi antar sudutnya tidak terlalu jauh sehingga puncak yang
terbentuk tidak terlalu tinggi. Sedangkan pada diagram grafik menggunakan data
energi eksperimental, selisih energi antar sudutnya cukup jauh sehingga
menghasilkan puncak yang cukup tinggi daripada data grafik diatasnya.
GambarProyeksi Newman


Sudut dihedral 0o sudut
dihedral 60o


sudut dihedral 120o sudut
dihedral 180o


Sudut dihedral 240o sudut
dihedral 300o
Berdasarkan diagram grafik dan juga gambar proyeksi
newman tersebut, maka konformasi yang menunjukkan energi minimum adalah
konformasi dengan sudut 180o dimana energi teroptimasi yang
dihasilkan sebesar 2.171932 kkal/mol. Sedangkan konformasi yang menunjukkan
energi maksimum adalah konformasi dengan sudut 0o dimana energi
teroptimasi yang dihasilkan sebesar 6.900258 kkal/mol.
Jenis tarikan pada molekul butana tentunya akan
berbeda-beda tergantung sudut dihedral yang digunakan. Pada saat sudut dihedral
0o, tentunya tolakan yang terjadi semakin besar akibat jarak antar
atom yang dekat. Berbeda lagi ketika sudut dihedral yang digunakan 180o,
maka tolakan antar elektron pada atomnya berkurang karena jarak antar elektron
pada atom hidrogen menjauh. Suatu jenis tarikan tidak akan mempengaruhi jika
dalam suatu konformasi tersebut tolakan antar elektron pada atom molekul
tersebut jaraknya cukup jauh dan mempunyai energi terendah sehingga pergerakan
pada molekul tersebut sedikit sekali.
IV.
Kesimpulan
Bahwa
dengan metode MM+ suatu molekul khususnya butana akan menuju ke keadaan stabil
dengan energi terendah saat molekul tersebut dioptimasi bentuk molekulnya.
V. Daftar Pustaka
-
Arsyad,
M. Natsir.2001.Kamus Lengkap Kimia.Jakarta:Gramedia
-
Jensen,
Frank, 2007, Introduction to Computational Chemistry, John Wiley and Sons Inc,
New York.
-
Pranowo,
Harno Dwi, 2001, Pengantar Kimia Komputasi, Jurusan Kimia Fakultas MIPA UGM,
Yogyakarta.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar