LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI
PEMODELAN SPEKTROSKOPI
UV

Oleh :
Nama :
Izzul Abid
NIM :
10/302220/PA/13409
Hari, tanggal :
Jumat, 11 April 2014
Nama Asisten : Gani Purwiandono
AUSTRIAN-INDONESIAN
CENTRE FOR COMPUTATIONAL CHEMISTRY
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GAJAH MADA
2014
PERCOBAAN V
PEMODELAN SPEKTROSKOPI
UV
I. Tujuan
Analisis spektra UV senyawa dengan metode semiempiris
II. Landasan Teori
Prinsip kerja alat spektrofotometer
uv-vis yaitu sinar dan sumber radiasi diteruskan menuju monokromator. Cahaya
dari monokromator diarahkan terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin
berotasi. Detektor menerima cahaya dari sampel secara bergantian dan berulang.
Sinyal dari detektor diubah dalam bentuk listrik sehingga dapat ditampilkan
hasilnya. Spektroskopi ini digunakan untuk cairan berwarna sehingga sampel yang
akan diidentifikasi harus diubah dalam bentuk senyawa kompleks. Rentang sinar spektrofotometer
uv-vis terjadi pada panjang gelombang 292-651 nm pada daerah uv dan visible.
Berdasarkan persamaan lambert-beer diperoleh :
A = a x b x c A : absorbansi a
: absorptivitas molar
b
: tebal sel c :
konsentrasi
(sastrohamidjojo,
1985)
Apabila suatu aldehida diolah dengan basa
seperti NaOH dalam air, ion enolat yang
terjadi dapat bereaksi dengan gugus karbonil dari molekul aldehida yang lain. Hasilnya adalah adisi satu molekul aldehida
ke molekul aldehida lain. Reaksi
ini disebut reaksi kondensasi aldol. Kata ‘aldol’ diturunkan dari aldehida dan alkohol. Reaksi kondensasi
adalah reaksi dimana dua molekul atau lebih
bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil (seperti air). Contohnya adalah senyawa dibenzalaseton yang merupakan
reaksi antara aseton dan benzaldehida (Fessenden, 1986).
Dibezalaseton dapat dibuat dengan menggunakan
benzaldehida dengan aseton. Gugus karbonil yang reaktif akan bereaksi dengan
ion aseton yang telah mengalami deprotonasi akibat adanya basa. Anion ini akan
menyerang dibenzalaseton dan akan membentuk β-hidroksi keton. Selanjutnya basa
yang digunakan berlebih akan mendehidrasi air dari molekul keton sehingga dapat
dihasilkan mono atau dibenzal aseton
(Arsyad, 2001)
III. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil
|
Gugus (R)
|
λ maksimum (PM3)
|
λ
maksimum (ZINDO/S)
|
|
-H
|
346.66
|
322.09
|
|
-OH
|
278.21
|
322.82
|
|
-OCH3
|
278.76
|
324.19
|
|
-NO2
|
310.84
|
376.66
|
|
-COOH
|
345.28
|
318.25
|
|
-NH2
|
304.53
|
334.58
|
|
-COOCH3
|
345.09
|
318.36
|
3.2
Pembahasan
Berdasarkan
data yang telah diperoleh dengan perhitungan kimia komputasi λ maksimum
menunjukkan peningkatan seiring dengan sifat kepolaran substituen. Namun
peningkatan yang terjadi tidak seluruhnya sesuai, karena ada beberapa anomali
dalam peningkatan nilai dari λ maksimum yaitu pada NH2 dan COOCH3
dengan metode PM3. Pada substituen tersebut ditunjukkan bahwa sifat kepolaran
COOH lebih tinggi daripada NH2 dan COOCH3.
Sedangkan
pada metode ZINDO/S, terjadi anomali pada nilai λ maksimum dari COOH, NH2 dan
COOCH3. Pada data tersebut, ketiga substituen ini peningkatannya
bersifat fluktuatif, sehingga dengan metode ini kita tidak bisa menganggap
bahwa NO2 lebih polar dari ketiga substituen tersebut.
Jika
kedua data dari metode tersebut dibandingkan, maka hasilnya hampir tidak ada
yang mirip karena memang masing-masing metode tersebut memiliki fungsi berbeda,
meskipun keduanya bisa digunakan untuk identifikasi spektroskopi suatu senyawa.
Metode PM3 dirancang untuk memproduksi panas pembentukan dan struktur dari sejumlah besar molekul
organik. Sedangkan metode ZINDO/S yang juga melibatkan perhitungan CI dirancang
khusus untuk spektroskopi karena cukup baik untuk memprediksi keadaan transisi
elektronik dalam daerah spektra UV/Vis.
Kromofor
adalah atom atau gugusan atom yang menyerap cahaya baik itu menghasilkan warna
atau tidak. Terdapat fenomena pergeseran λ dalam spektroskopi uv ini, yaitu
pergeseran serapan maksimum ke arah λ yang lebih panjang (batokromik) yang
disebabkan terikatnya suatu gugusan atom yang dapat memperpanjang konjugasi
pada kromofor yang disebut ausokrom, biasanya subtituen ini adalah yang
mempunyai pasangan elektron bebas seperti OH, NH3 dan SH. Pergeseran serapan maksimum ke arah λ yang
lebih pendek yang disebabkan perubahan pelarut atau substituen yang sifatnya
semakin polar.
Biasanya
larutan uji untuk spektroskopi UV ini harus sangat encer (c ≤ 0,1 mol/L). Jika suatu molekul ternyata senyawa yang pekat, maka
yang dipantulkan / yang dihamburkan / yang diserap besar sementara sinar yang
diteruskan akan kecil karena habis terserap oleh molekul yang secara
termodinamis besar. Tentunya ukuran molekul yang besar sangat dipengaruhi oleh
substituen yang berbeda-beda baik dari sifat maupun ukurannya.
Absorpsi
UV-Vis dapat mengakibatkan terjadinya transisi elektronik, yaitu promosi
elektron elektron dari orbital keadaan dasar
yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih
tinggi. Transisi ini memerlukan 40-300 kkal/mol.
Berikut skema transisi elektron :

Pada senyawa dibenzalaseton ini
ternyata hanya membutuhkan energi rendah untuk mempromosikan sebuah elektron π. Hal ini dikarenakan terdapat selisih yang
sangat sedikit antara HOMO (orbital molekul terhuni tertinggi) dan LUMO
(orbital molekul terhuni terendah), sehingga hampir semua elektron dapat
tereksitasi ke tingkat HOMO.
Berikut
ini adalah reaksi pembentukan dibenzalaseton yang berasal dari benzaldehida dan
aseton :

dan
mekanisme dari reaksi diatas adalah sebagai berikut.
Sintesis dimulai oleh penggunaan basa kuat untuk
menghasilkan ion enolat aseton.
Air (tidak ditunjukkan) dibentuk pada produk. Posisi kesetimbangan
reaksi ini lebih disukai pada pembentukan aseton, dan jumlah enolat
aseton dibentuk lebih sedikit bagaimanapun enolat bersifat nukleofilik

Menjadi nukleofil yang kuat, enolat menyerang gugus karbonil benzaldehida dan
membentuk ion B-karbonik
alkoksisda. Ion alkoksida ini
memisahkan proton dari air untuk membentuk beta hidroksi keton.
Natrium hidroksida memisahkan H-alfa
asam lainnya untuk membentuk karbanion stabil. Pasangan elektron pada karbon digunakan untuk
mengeliminiasi ion hidroksi,
membentuk a
alpha-beta keton tak jenuh pada langkah yang tak dapat diubah. Contohnya pada
mekanisme E1CB.
Catatan pada reaksi ini,
alkohol intermediet didehidrasi pada kondisi basa, tidak seperti
dehidrasi alkohol pada umumnya,
yang menggunakan mekanisme E1 pada kondisi asam. Mekanisme E1CB is mungkin
dibuat oleh adanya gugus karbonil,
yang menstabilkan karbanion intermediet.

Sejak keton
baru dibentuk masih memiliki hidrogen alfa,
dengan begitu
masih bisa menjalankan reaksi kondesasi dengan enolat yang sama pada mol kedua
benzaldehida untuk menghasilkan produk akhir:

IV. Kesimpulan
- Pergeseran nilai λ maksimum dipengaruhi oleh substituen yang ada pada
dibezalaseton
- Semakin besar
senyawa/molekul yang dianalisis dengan spektroskopi UV/VIS, maka pergeseran λ
maksimum semakin besar.
V. Daftar Pustaka
-
Arsyad, M. Natsir,2001,Kamus Lengkap Kimia,Gramedia:Jakarta
- R.J.Fessenden, J.S. Fessenden/A. Hadyana
Pudjaatmaka,1986,Kimia Organik,
terjemahan dari Organic Chemistry,3rd
Edition,Erlangga:Jakarta
- Sastrohamidjojo, H.1985.Spektroskopi.Liberty:Yogyakarta
LAMPIRAN
1. Struktur dibenzalaseton

2. Struktur dibenzalaseton dengan substituen OH

3. Struktur dibenzalaseton dengan substituen OCH3

4. Struktur dibenzalaseton dengan substituen NO2

5. Struktur dibenzalaseton dengan substituen COOH

6. Struktur dibenzalaseton dengan substituen NH2

7. Struktur dibenzalaseton dengan substituen COOCH3

