Bumi ini sudah semakin tua sepertinya. sudah banyak maksiat yang
merajalela, tapi semakin banyak pula majelis-majelis doa, dzikir bersama
dan majelis rasulullah. hal ini terjadi supaya dunia ini tetap seimbang
antara baik dan buruknya. akhir -akhir ini banyak orang yang memang
seakan lupa dengan sang pencipta karena terlena akan dunia fana ini.
Namun
apakah adanya bencana seperti longsor, banjir bandang, gempa bumi dan
gunung meletus ini merupakan peringatan dari Allah SWT? tentu tidak bila
kita melihat dari sudut pandang seorang alim (orang berilmu atau
terpelajar). Justru ini sudah biasa. gunung meletus memang dari dulu,
gempa bumi memang dari dulu karena adanya perpindahan atau pergerakan
lempeng bumi, dan adanya longsor memang sudah dari dulu terjadi jika
memang pohon - pohon terus menerus ditebang untuk dijadikan sebuah
hunian nyaman untuk manusia. semua itu sudah lumrah dan sesuai dengan
sunnatullah (Gus Muwafiq, 2014).
akan tetapi, semua itu
akan menjadi bencana jikat gunung tiba tiba tidak meletus melainkan
berterbangan, bumi terbalik dsb. Justru bencana yang sangat nyata kita
rasakan akhir-akhir ini adalah wafatnya para ulama. Diambilnya ilmu
-ilmu dari dunia ini lewat para ulama yang wafat tersebut. Ulama atau
kyai yang memiliki ilmu serta akhlak yang mulia seperti nabi harus
menghadap sang ilahi robbi terlebih dahulu, membuat kita para umat
ataupun pengikutnya seakan kebingungan mencari panutan untuk sampai
kepada nabi Muhammad SAW. Akan bergantung kepada siapa lagi jika Allah
SWT terus menerus mengambil para ulama beserta ilmu dan akhlak nya
tersebut?? belum lagi ditambah semakin menjamurnya orang orang yang
mengaku ulama tapi belum tentu ilmu dan akhlaknya seperti nabi.
#ASTAGHFIRULLOH AL 'ADHIM" apakah kita akan mengikuti mereka yang belum
jelas asal usulnya, belum jelas sanadnya dan juga belum tentu sampai
kepada Rasulullah??
Ulama zaman dahulu memang benar
benar bisa menjadi panutan karena memang mereka benar benar menerapkan
akhlak rasulullah. Rasulullah merupakan "Manusia, yang mengerti manusia
dan memanusiakan manusia" (Gus Mus, 2014). Ulama atau pemimpin seperti
inilah yang insya allah bisa menjadi panutan untuk umat islam pada
umumnya. namun, kita lihat sekarang. Pemimpin kita memang manusia, akan
tetapi mereka tak tahu bagaimana mengerti keadaan rakyatnya yang
semuanya manusia. mungkin saja para pemimpin kita ini sering pergi ke
kebun binatang untuk melihat binatang, dan bila sudah seperti memang
wajar menjadi sulit untuk memimpin rakyatnya yang notabene semuanya
adalah manusia.
Pada akhirnya, kita sebagai umat islam
hanya bisa berdoa kepada allah untuk kesehatan, dan kehidupan serta
keselamatan para ulama ulama "sepuh" yang masih ada hingga sekarang
supaya dapat menjadi panutan untuk umat islam semuanya dan tetap selalu
menghidup-hidupkan majelis-majelis barokah yang selalu menyebut nama
Allah dan memberikan kalimat - kalimat pujian untuk rasulullah hanya
demi berharap syafaat nya di akhirat kelak. amin ya robbal 'alamin
Senin, 10 Maret 2014
Analogi Tahlilan dengan Pancasila
bagi yang ingin memelihara
pancasila sebagai dasar negara maka ikutlah selalu tahlilan, karena
tahlilan dapat meningkatkan semangat nasionalisme orang indonesia:
1. ketuhanan yang maha esa. Sudan pasti jika orang tahlilan itu berdoa kepada allah untuk orang yang sudah meninggal
2. kemanusiaan yang adil beradab. sudah pasti jika orang berangkat tahlilan memakai baju taqwa dan rapi, belum pernah ada orang tahlilan cuma pakai kaos kutang dan tentunya saat berdoa dipimpin oleh ulama, gag pernah dipimpin preman
3. persatuan indonesia. sudah pasti saat tahlilan, lafadz-lafadz nya dibaca bareng-bareng dengan dipimpin oleh seseorang.
4, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. sudah pasti jika yang berangkat tahlilan hanya perwakilan 1 orang tiap rumah-rumah yang diundang, kalau 1 rumah berangkat semua ya bangkrut yang mengadakan tahlilan
5. Keadilan "berkat" bagi seluruh "jamaah yang hadir". jika berkat nya banyak dan besar, dzikir nya sangat khusyu' dan keras, tapi kalau berkatnya sedikit dzikirnya sampai gag niat..
oleh K.H. Anwar Zahid-Bojonegoro
smoga bermanfaat
1. ketuhanan yang maha esa. Sudan pasti jika orang tahlilan itu berdoa kepada allah untuk orang yang sudah meninggal
2. kemanusiaan yang adil beradab. sudah pasti jika orang berangkat tahlilan memakai baju taqwa dan rapi, belum pernah ada orang tahlilan cuma pakai kaos kutang dan tentunya saat berdoa dipimpin oleh ulama, gag pernah dipimpin preman
3. persatuan indonesia. sudah pasti saat tahlilan, lafadz-lafadz nya dibaca bareng-bareng dengan dipimpin oleh seseorang.
4, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. sudah pasti jika yang berangkat tahlilan hanya perwakilan 1 orang tiap rumah-rumah yang diundang, kalau 1 rumah berangkat semua ya bangkrut yang mengadakan tahlilan
5. Keadilan "berkat" bagi seluruh "jamaah yang hadir". jika berkat nya banyak dan besar, dzikir nya sangat khusyu' dan keras, tapi kalau berkatnya sedikit dzikirnya sampai gag niat..
oleh K.H. Anwar Zahid-Bojonegoro
smoga bermanfaat
Langganan:
Komentar (Atom)