Senin, 10 Maret 2014

RENUNGAN

Bumi ini sudah semakin tua sepertinya. sudah banyak maksiat yang merajalela, tapi semakin banyak pula majelis-majelis doa, dzikir bersama dan majelis rasulullah. hal ini terjadi supaya dunia ini tetap seimbang antara baik dan buruknya. akhir -akhir ini banyak orang yang memang seakan lupa dengan sang pencipta karena terlena akan dunia fana ini.

Namun apakah adanya bencana seperti longsor, banjir bandang, gempa bumi dan gunung meletus ini merupakan peringatan dari Allah SWT? tentu tidak bila kita melihat dari sudut pandang seorang alim (orang berilmu atau terpelajar). Justru ini sudah biasa. gunung meletus memang dari dulu, gempa bumi memang dari dulu karena adanya perpindahan atau pergerakan lempeng bumi, dan adanya longsor memang sudah dari dulu terjadi jika memang pohon - pohon terus menerus ditebang untuk dijadikan sebuah hunian nyaman untuk manusia. semua itu sudah lumrah dan sesuai dengan sunnatullah (Gus Muwafiq, 2014).

akan tetapi, semua itu akan menjadi bencana jikat gunung tiba tiba tidak meletus melainkan berterbangan, bumi terbalik dsb. Justru bencana yang sangat nyata kita rasakan akhir-akhir ini adalah wafatnya para ulama. Diambilnya ilmu -ilmu dari dunia ini lewat para ulama yang wafat tersebut. Ulama atau kyai yang memiliki ilmu serta akhlak yang mulia seperti nabi harus menghadap sang ilahi robbi terlebih dahulu, membuat kita para umat ataupun pengikutnya seakan kebingungan mencari panutan untuk sampai kepada nabi Muhammad SAW. Akan bergantung kepada siapa lagi jika Allah SWT terus menerus mengambil para ulama beserta ilmu dan akhlak nya tersebut?? belum lagi ditambah semakin menjamurnya orang orang yang mengaku ulama tapi belum tentu ilmu dan akhlaknya seperti nabi. #ASTAGHFIRULLOH AL 'ADHIM" apakah kita akan mengikuti mereka yang belum jelas asal usulnya, belum jelas sanadnya dan juga belum tentu sampai kepada Rasulullah??

Ulama zaman dahulu memang benar benar bisa menjadi panutan karena memang mereka benar benar menerapkan akhlak rasulullah. Rasulullah merupakan "Manusia, yang mengerti manusia dan memanusiakan manusia" (Gus Mus, 2014). Ulama atau pemimpin seperti inilah yang insya allah bisa menjadi panutan untuk umat islam pada umumnya. namun, kita lihat sekarang. Pemimpin kita memang manusia, akan tetapi mereka tak tahu bagaimana mengerti keadaan rakyatnya yang semuanya manusia. mungkin saja para pemimpin kita ini sering pergi ke kebun binatang untuk melihat binatang, dan bila sudah seperti memang wajar menjadi sulit untuk memimpin rakyatnya yang notabene semuanya adalah manusia.

Pada akhirnya, kita sebagai umat islam hanya bisa berdoa kepada allah untuk kesehatan, dan kehidupan serta keselamatan para ulama ulama "sepuh" yang masih ada hingga sekarang supaya dapat menjadi panutan untuk umat islam semuanya dan tetap selalu menghidup-hidupkan majelis-majelis barokah yang selalu menyebut nama Allah dan memberikan kalimat - kalimat pujian untuk rasulullah hanya demi berharap syafaat nya di akhirat kelak. amin ya robbal 'alamin

Analogi Tahlilan dengan Pancasila

bagi yang ingin memelihara pancasila sebagai dasar negara maka ikutlah selalu tahlilan, karena tahlilan dapat meningkatkan semangat nasionalisme orang indonesia:
1. ketuhanan yang maha esa. Sudan pasti jika orang tahlilan itu berdoa kepada allah untuk orang yang sudah meninggal
2. kemanusiaan yang adil beradab. sudah pasti jika orang berangkat tahlilan memakai baju taqwa dan rapi, belum pernah ada orang tahlilan cuma pakai kaos kutang dan tentunya saat berdoa dipimpin oleh ulama, gag pernah dipimpin preman
3. persatuan indonesia. sudah pasti saat tahlilan, lafadz-lafadz nya dibaca bareng-bareng dengan dipimpin oleh seseorang.
4, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. sudah pasti jika yang berangkat tahlilan hanya perwakilan 1 orang tiap rumah-rumah yang diundang, kalau 1 rumah berangkat semua ya bangkrut yang mengadakan tahlilan
5. Keadilan "berkat" bagi seluruh "jamaah yang hadir". jika berkat nya banyak dan besar, dzikir nya sangat khusyu' dan keras, tapi kalau berkatnya sedikit dzikirnya sampai gag niat..

oleh K.H. Anwar Zahid-Bojonegoro
smoga bermanfaat